Monday, June 17, 2019

Perempuan & Pemuda Adat Kasepuhan Deklarasi Jaga Budaya

REMPUGAN-Perempuan Adat Kasepuhan melakukan numbuk padi secara bersama-sama (rempugan) pada acara Serentaun dan sedekah bumi, di Kasepuhan Ciherang, Sabtu (15/6).  Photo Olot Lili

LEBAK-Jika Sukarno memerlukan 10 pemuda untuk mengguncang dunia. Maka Satuan Adat Banten Kidul (Sabaki) memulai dengan 100 kader pemuda dan perempuan guna melakukan perubahan di Provinsi Banten.

“Untuk itulah kami akan melakukan deklrasi dan membentuk organisasi khusus pemuda dan perempuan adat besok,” kata Ketua IV Sabaki, Henriana Hatra, Senin (17/6).

Pembentukan organisasi ini menurut Hatra—atau yang lebih akrab dipanggil Nochi—selain sebagi wadah perjuangan kader perempuan dan pemuda adat, juga bertujuan membantu organisasi Sabaki dan tetua adat untuk menjaga tradisi, adat dan budaya warisan nenek moyang, termasuk dalam konteks kekinian.

Sebab menurut dia perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi yang membawa budaya asing yang tak terbendung, selain memberikan dampak positif maupun dampak negatif yang dapat mengancam eksistensi adat budaya serta kearifan lokal Kasepuhan. 

Sementara peran perempuan dan pemuda di masyarakat Adat Kasepuhan kata Nochi belum maksimal. Antara lain dalam menyuarakan pendapat dan hak-hak mereka, termasuk dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan pemuda dan perempuan adat itu sendiri. Baik di tingkat komunitas, tingkat desa, maupun pada level pemerintahan. Sedangkan tugas menjaga tradisi dan nilai-nilai adat Kasepuhan dalam struktur sosial dan relasi kuasa di masyarakat masih bertumpu pada para tetua adat saja.  

Nochi yang membidangi Pemuda dan Perempuan di organisasi Sabaki menambakan bahwa sebenarnya di kalangan para tetua adat pun tengah khawatir terhadap gejala menurunnya minat generasi muda adat Kasepuhan pada adat budayanya sendiri serta lebih memilih budaya luar dibandingkan belajar adat istiadat dan budaya sendiri. Tugas lain organisasi ini kelak kata Nochi, juga termasuk melakukan pendataan jumlah perempuan dan pemuda adatyang ada di wilayah Sabaki.

Masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul adalah kelompok masyarakat adat Sunda yang mendiami pegunungan Sangga Buana atau sekarang dikenal sebagai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).  Jika merujuk pada Perda Kabupaten Lebak, Nomor 8 tahun 2015,  terdapat 552 kelompok masyarakat adat Kasepuhan di kabupaten itu, ini belum termasuk yang berada di wilayah Banten Kidul.  Dimana Sabaki yang dibentuk sejak 1968 telah memiliki 750 komunitas adat yang tersebar di Kabupaten Lebak, Pandeglang, Sukabumi dan Bogor.

Kader perempuan Kasepuhan Ciherang, Sucia Lisdamara, mengatakan bahwa meski sudah dilibatkan dalam beberapa kegaitan komunitas, tetapi khusus untuk pengambilan keputusan masih sangat minim. Ini juga disebabkan masih kurangnya kesadaran dari perempuan adat itu sendiri. Peran perempuan terbatas dalam urusan rumah tangga saja. Hal ini kata dia menunjukan adanya kebutuhan peningkatan kesadaran keterlibatan perempuan dan anak muda di masyarakat adat Kasepuhan.

Pemuda Adat Kasepuhan Ciherang, Riko Antoni menambahkan pentingnya peran pemuda adat ikut dalam kegiatan-kegiatan adat agar timbul kesadaran dalam menjaga dan mencari cara untuk terlibat mengembangkan dan menjaga budaya nenek moyang.  

Project Manager Program Peduli, The Partnership for Governance Reform (Kemitraan) mengatakan salah satu upaya dalam menyebarluaskan semangat inklusi sosial adalah dengan melibatkan para pemuda dan perempuan sebanyak-banyaknya. Salah satunya adalah pemuda dan perempuan adat di Kasepuhan di Banten Kidul. Karena itulah melalui program Peduli, Kemitraan memberikan dukungan pada kegiatan Sarasehan Pemuda dan Perempuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul yang diadakan pada 17 – 18 Juli 2019 di Desa Ciherang.

Program peduli adalah Program yang diinisiasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK)dengan kelompok masyarakat sipil bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT Australia) dan The Asia Foundation(TAF). Program ini bertujuan mendorong inklusi sosial dengan bagi enam kelompok yang paling terpinggirkan di Indonesia, termasuk masyarakat adat yang diampu oleh Kemitraan.  (Dew/Press Release)