Tuesday, May 24, 2016

Cara Lung Anai Menjaga Tradisi Panen


Udoq kiba, tarian untuk mengusir roh jahat sampai hama penyakit di Desa Lung Anai, Loa Kulu, 
Kalimantan Timur. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Kutai Kartanegara, CNN Indonesia -- Hujan masih mengguyur ketika warga Desa Lung Anai di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sedang bersiap menyelenggarakan uman undrat atau pesta panen. Semangat mereka melakukan ritual adat tahunan itu seolah tak luntur meski hujan sempat menumbangkan salah satu umbul-umbul dekorasi. Setiap Mei, warga Lung Anai, yang merupakan Suku Dayak Kenyah, selalu menyelenggarakan pesta panen. Hal tersebut merupakan akhir dari ritual mereka dalam menjalankan tradisi bertani.

Kepala Adat Dayak Kenyah di Lung Anai Ismail Lahang mengatakan pesta panen tidak boleh dilewatkan, meskipun tahun ini ada beberapa warga yang mengalami gagal panen akibat musim kemarau panjang.

"Ini adalah rasa syukur kami. Karena mulai awal kami menggarap lahan dan ladang, penuh dengan kesusahan dan was was. Ada kekacauan, luka, dan segala macam sehingga kami mengucapkan rasa syukur dengan pesta panen," kata Ismail saat ditemui usai Pesta Panen.

Dari kejauhan denting suara sluding atau klentengan yang dimainkan pemusik sebelum acara benar-benar dimulai, seperti sebuah panggilan bagi warga untuk menuju lamin adat yang berada di jantung desa.

Warga yang akan tampil dalam pesta terlihat mengenakan baju adat khas Suku Dayak. Sementara yang hanya menghadiri pesta, mengenakan baju biasa.

Acara dimulai dengan penyambutan tamu oleh Kepala Adat dan para penari sebelum memasuki lamin. Penyambutan berlanjut dengan tampilan tari-tarian di dalam lamin.

Dentingan slending atau klentengan dan dentuman sampek mengiringi tarian pertama yang ditampilkan, yaitu datun julut. Tarian kebersamaan dengan gerakan gemulai dari penari perempuan itu menandakan kelemahlembutan warga dalam menerima setiap tamu yang datang.

Suguhan tari-tarian berlanjut dengan tari Ajai oleh segerombolan anak laki-laki. Berbeda dengan gerakan tari perempuan, tari ajai memperlihatkan keperkasaan laki-laki, terlihat dari gerakannya yang banyak menghentakan kaki sambil memasang kuda-kuda, juga atribut maskulin, seperti perisai dari kayu.

Acara dilanjutkan dengan berdoa. Staf adat memimpin doa dengan menggunakan Bahasa Dayak Kenyah. Bagi yang tidak mengerti bahasa setempat, doa tersebut terdengar seperti nyanyian yang sesekali diselingi dengan seruan.


Usai doa dipanjatkan, waktunya potong babi. Seperti di daerah lain, pemotongan babi melambangkan ucapan syukur mereka kepada Tuhan.

Seluruh orang yang berada di lamin diminta keluar sejenak untuk melihat prosesi penyembelihan babi. Staf adat memegangi babi dan meletakkanya di antara bambu yang disilangkan. Sementara itu Kepala adat memotong sendiri kepala babi menggunakan pisaunya.

Daging babi itu nantinya akan dimasak dan disuguhkan untuk makan bersama keesokan harinya.

Rangkaian Mencaq Undrat

Di sisi lain lamin, segerombolan laki-laki, lebih dari 10 orang, sudah mengambil posisi mengapit lesung yang sangat panjang. Setelah prosesi penyembelihan babi, mencaq undrat siap dilangsungkan. Dalam Bahasa Indonesia mencaq undrat berarti beras ditumbuk.

Lesung dengan panjang sekitar 6 meter digotong bersama-sama ke dalam lamin. Selain karena lesung yang terbuat dari kayu pa itu sangat berat, gotong royong juga melambangkan kebersamaan yang terjalin antarwarga.

Ketika lesung sudah siap di tengah ruangan, perempuan pembawa beras mengisi lesung. Kemudian disusul oleh beberapa perempuan pembawa alu.

Mereka lantas menumbuk beras sampai halus. Tak berapa lama, ada juga laki-laki yang ikut menumbuk beras. Kegiatan menumbuk diiringi musik yang senada dengan suara alu beradu dengan lesung.

Beras yang sudah hancur lantas diayak. Beberapa ibu sudah siap dengan ayakan yang terbuat dari bambu dan rotan. Tujuannya untuk memisahkan bagian yang halus dan yang masih berbentuk pecahan bulir beras.

Beras yang sudah sehalus tepung itu sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam bambu sambil bambu diketuk-ketukkan ke lantai, kemudian diisi kembali. Hal itu dilakukan agar bambu terisi penuh oleh tepung. Jika sudah penuh, ujung bambu ditutup dengan daun nangka.

Bambu-bambu yang sudah terisi tepung beras yang disebut undrat ao itu dibakar sampai matang, sampai warna hijau bambu berubah menjadi lebih pucat. Waktu memasak tergantung tingkat nyala dan meratanya api. Biasanya butuh 2-3 jam agar undrat ao matang dan bisa dimakan.

Undrat ao yang sudah matang dibawa kembali ke dalam lamin untuk dimakan bersama semua orang yang datang ke pesta panen. Prosesi itu dinamakan uman undrat. Memakannya harus dengan hati yang gembira karena itu berarti syukur atas pekerjaan warga yang berhasil dan dapat dinikmati.

Uniknya, undrat ao tak hanya dinikmati orang yang masih hidup. Orang-orang yang sudah mati pada tahun itu dan tak sempat merasakan pesta panen pun diajak menikmati undrat ao, namun dengan cara yang berbeda.

Tetua keluarganya melakukan sebuah ritual khusus. Mereka mengerik semua benda peninggalan orang yang telah meninggal. Membungkusnya bersama dengan potongan kecil undrat ao, lalu dibawa ke makam.

Jika dalam satu siklus berladang tidak ada yang meninggal, prosesi tersebut tidak dilakukan.

Sambil tamu menikmati undratnya, tari-tarian kembali disuguhkan. Kali ini tarian agak berbeda, dinamakan udoq kitaq dan udoq kiba dengan tujuan mengusir segala penyakit, hama, dan juga roh jahat.

Segerombolan perempuan berkebaya menari sambil menggunakan topeng unik. Topeng pertama menyerupai wajah manusia berwarna putih, sedangkan topeng kedua berbentuk balok dan terbuat dari kayu.

Uniknya, topeng tersebut memiliki hiasan manik-manik dengan motif khas Dayak. Yang memakainya tak melihat apa-apa karena tak ada lubang untuk mengintip. Tujuannya agar mereka tidak melihat hantu atau roh jahat yang mereka usir.

Tak mau ketinggalan, Kepala Adat juga menunjukkan keahlian menarinya. Ia menari tarian perang khas laki-laki, lengkap dengan perisai, mandau, juga menggunakan baju kebesaran. Tarian itu disusul oleh tarian perempuan yang lebih gemulai dalam menggerakan tubuhnya. (sil)

Sumber: CNN Indonesia